Kawasan Suaka Margasatwa Dangku Dorong Kelompok Tani Hutan Konservasi
Kelompok-kelompok Tani Hutan Konservasi menanami kembali dan berusaha memulihkan ekosistem di Suaka Margasatwa Dangku, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Targetnya, lebih dari 7.500 pohon jenis Pulai, Durian, Cempaka dan Petai dapat tertanam di areal yang ditetapkan, seluas 317,8 hektare.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, Ujang Wisnu Barata, mengatakan lokasi penanaman itu tepatnya berada di blok rehabilitasi Suaka Margasatwa Dangku yang merupakan areal kemitraan konservasi KTHK Sido Mulyo di Desa Dawas, Kecamatan Keluang.
Dia juga mengungkap kalau Suaka Margasatwa Dangku menjadi salah satu lokasi target Indonesia FOLU (forestry and other land use) Net Sink 2030.
“Selain diberikan akses pemanfaatan areal untuk menyokong kebutuhan ekonomi, anggota KTHK mempunyai kewajiban untuk melakukan upaya pemulihan ekosistem,” kata Wisnu, Selasa, 27 September 2022.
Sejak 2020 sampai saat ini terdapat 3 Kelompok Tani Hutan Konservasi (KTHK) di Suaka Margasatwa Dangku: KTHK Maju Bersama, Sidomulyo, dan Gapoktanhut Jrangkang Hijau Lestari.
Mereka bekerja sama dengan Balai KSDA Sumatera Selatan menanami kembali luasan, masing-masing, 54; 118,19; dan 145,61 hektare.
Total peran KTHK dalam pemulihan ekosistem di Suaka Margasatwa Dangku secara keseluruhan seluas 317,8 hektare.
Kawasan Suaka Margasatwa Dangku mencakup 10 desa di 4 wilayah administrasi kecamatan, tapi baru 2 desa yang berperan dalam upaya pemulihan ekosistem melalui kegiatan kemitraan konservasi.
tersebut.
Dengan total luas kawasan 12.452 hektare, Wisnu mengatakan, “Perlu upaya melibatkan desa sekitar kawasan SM Dangku dan para pihak baik unsur pemerintah provinsi atau kabupaten, akademisi, lembaga dan masyarakat.” Penjabat Bupati Musi Banyuasin, Apriyadi, menilai kondisi di Dangku masih lebih baik daripada di Suaka Margasatwa Bentayan yang juga berada di wilayah itu.
Dia menyebut, “aura bentang alam” di Dangku masih terlihat.
“Di Bentayan kondisinya jauh lebih buruk karena lahan atau hutan sudah di-okupansi warga sekitar maupun swasta,” katanya.
Apriyadi menyatakan mendukung langkah BKSDA melakukan penanaman kembali agar bisa bermanfaat untuk lingkungan dan ekonomi.
“Kami titip 51 kepala keluarga yang sudah terlanjur mendiami kawasan ini,” katanya.